Boneka Misteri
Sejak
kejadian itu, tidak ada seorangpun yang mau masuk ke rumah yang sudah 5
minggu kutinggalkan itu. “Dari depan saja sudah terlihat menakutkan,
apalagi dalamnya” ujar setiap orang yang lewat di depan rumah itu. Dulu memang
pernah terjadi suatu kejadian aneh saat aku dan almarhum kuluargaku tinggal di
rumah itu.
“kakaaaak…!!!
Lihat ini….” Teriak adikku yang terlihat sangat senang saat membuka pintu depan rumahku. “Duh ada apa sih kok teriak-teriak” ujar ibuku yang sedang mengepel lantai. “bu lihat nih, aku nemuin boneka ini di depan pintu. Lihat deh bu, bonekanya lucuuuuu banget” kata adikku sambil mengambil boneka lucu yang ada di depan pintu. Ibuku langsung berhenti mengepel lantai dan berjalan mendekati adikku. “lho boneka ini punya siapa?” Tanya ibuku sambil membelai rambut boneka itu, “gak tahu ma, soalnya teman-temanku nggak ada yang punya boneka seperti ini” jawab adikku “ma, ehmmm…. Bonekanya buat aku aja ya” lanjut adikku. “yaudah deh gak apa-apa, daripada bonekanya dibuang” kata ibuku.
Lihat ini….” Teriak adikku yang terlihat sangat senang saat membuka pintu depan rumahku. “Duh ada apa sih kok teriak-teriak” ujar ibuku yang sedang mengepel lantai. “bu lihat nih, aku nemuin boneka ini di depan pintu. Lihat deh bu, bonekanya lucuuuuu banget” kata adikku sambil mengambil boneka lucu yang ada di depan pintu. Ibuku langsung berhenti mengepel lantai dan berjalan mendekati adikku. “lho boneka ini punya siapa?” Tanya ibuku sambil membelai rambut boneka itu, “gak tahu ma, soalnya teman-temanku nggak ada yang punya boneka seperti ini” jawab adikku “ma, ehmmm…. Bonekanya buat aku aja ya” lanjut adikku. “yaudah deh gak apa-apa, daripada bonekanya dibuang” kata ibuku.
“Yuhuuuuu……..!!!!!!!”
teriak adikku sambil berlari menaikki tangga menuju kamarku. “kakak, lihat deh
aku punya boneka baru nih” pamer adikku “wah bonekanya lucu deh!!” pujiku “kak,
kita main yuk!” ajak adikku, “kamu nggak lihat yah, kakakkan lagi belajar buat
ulangan besok” bentakku “yaudah aku main sendiri aja” ujar adikku sambil
menutup pintu kamarku. Aku tidak memerhatikan adikku dan melanjutkan belajarku.
Setelah 3 jam aku belajar di kamar, aku turun dari tangga menuju dapur. Aku
melihat boneka berbaju hijau itu duduk di atas meja makan, dan aku juga melihat
adikku sedang mencari sesuatu di dalam kulkas. “lho dik, kamu lagi cari apa?”
tanyaku, “itu kak, aku lagi cari roti sama selai nanas. Kakak liat nggak?” kata
adikku, “bukannya udah habis dari kemarin lusa ya?” jawabku pada adikku itu.
Setelah mendengar jawaban tadi, adikku langsung mengambil bonekanya dan berlari
menuju kamarnya. Perutku sudah berbunyi, aku segera mengambil makanan untuk
makan siangku.
Keesokkan
harinya aku beraktivitas seperti biasa. Tapi ada yang aneh saat
sarapan aku tidak melihat adikku di meja makan, padahal biasanya ia sangat
semangat saat sarapan. “’ma, Shasa mana?” Tanyaku pada ibuku yang sedang
menaruh makanan di meja makan “ya nggak tahu donk, Sis” jawab ibuku. Aku
langsung berjalan kearah kamar adikku dan mengetuk pintu kamarnya. Tapi tak ada
jawaban dari dalam kamar, tanpa pikir panjang aku langsung membuka pintu kamar
itu. “haaaaaaaaaaaaaah!!!!!! Mamaaaaaaaaaaaaaa!!!!!!!!
Papaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!!!!” aku berteriak sekencang-kencangnya. Mendengar
teriakanku yang dahsyat tadi, ayah dan ibuku langsung berlari menuju kearahku.
Aku tetap berdiri di depan pintu kamar adikku dan tidak berani masuk ke dalam.
“Astaghfirrullah….. Shasa…..!!!” teriak ibuku sambil berlari menghampiri adikku
yang sudah tak berdaya itu. Dan ayahku juga langsung menghampiri adikku dan
menggendongnya. Aku sangat kaget saat aku membuka pintu kamar adikku itu,
ternyata di lantai kamar itu penuh dengan darah adikku yang berceceran
dimana-mana.
“Siska!!!
Apa yang terjadi sama Shasa?” bentak ayahku, “aku tidak tau pa, tadi waktu aku
membuka pintu kamar Shasa, tiba-tiba dia udah kayak gini” jawabku dengan cemas.
Aku terpaksa tidak ikut ulangan karena aku harus mengikuti proses pemakaman
adikku yang malang. Ayahku menaruh adikku di ruang tengah dan pergi untuk
memberi tahu ketua RT tentang kejadian ini. Tiba-tiba tetangga-tetanggaku
datang ke rumahku, mereka sangat terkejut saat melihat kondisi adikku. Semua
tetangga dan keluargaku datang kerumahku dan mempersiapkan pemakaman adikku,
aku mengganti pakaianku dan membersihkan kamar adikku yang penuh dengan darah
itu.
Setelah
adikku dimakamkan, aku dan orang tuaku pulang dengan penuh duka cita.
Sesampainya di rumah, ibuku langsung masuk ke kamar adikku dan mengambil boneka
yang kemarin ditemukan adikku didepan pintu rumah. Ibuku menaruh boneka itu di
kamarnya untuk mengenang adikku. Matahari sudah terbenam, dan acara tahlilan
sudah dimulai. Dengan wajah ikhlas kami sekeluarga mendo’akan adikku yang sudah
tiada itu. Tidak terasa acara tahlilan sudah selesai. Aku membantu ibuku
membersihkan ruang tamu yang sudah dipakai tempat tahlilan tadi. Setelah
selesai, aku langsung masuk ke kamarku.
Tapi
aku masih heran dengan adikku, “tadi, Shasa kok bisa kayak gitu yah, siapa sih
yang mbunuh dia?” Tanyaku penasaran. Malam itu aku terbangun dari tidurku, aku
merasa sangat haus dan akupun berjalan ke dapur untuk mengambil minuman. Di
dapur aku melihat ibuku sedang mencari sesuatu di kulkas. “mama lagi nyari
apa?” tanyaku kepada mamaku “eh Siska, mama lagi nyari roti sama selai nanas,
kira-kira masih ada nggak ya?” jawab ibuku, aku sangat kaget mendengar jawaban
dari ibuku itu, jawabannya sama persis dengan jawaban adikku kemarin “roti sama
selainya udah habis ma” kataku. Aku langsung mengambil air dan meminumnya. Saat
aku hendak kembali ke kamar, aku melihat ayahku sedang berjalan ke arah dapur
sambil menggendong boneka adikku yang ditemukannya kemarin
Aku
mengintip di pintu dapur, dan aku melihat ayah dan ibuku sedang berdebat, entah
apa yang mereka bicarakan tapi mereka terlihat sangat serius. Boneka yang
digendong ayahku tadi kini berpindah ke pelukkan ibuku “maaf yah sayang, roti
selai nanasnya nggak ada” ujar ibuku sambil memeluk dan membelai boneka itu.
Kemudian ibuku meletakkan boneka itu di atas meja makan, tiba-tiba pisau-pisau
di meja makan itu bergerak sendiri. Wajah boneka itu berubah dari wajah yang
imut menjadi berwajah menakutkan, dan pisau-pisau tadi terlempar dengan
sendirinya ke arah ayah dan ibuku. Boneka itu langsung menoleh ke arahku, aku
sangat ketakutan. aku tidak peduli malam ataupun siang, Aku langsung berlari ke
rumah pamanku yang letaknya tidak jauh dari rumahku.
Sesampainya
di rumah paman aku langsung mengetuk pintu rumah itu, tak lama
kemudian paman membuka pintu “ayo pamaaan….!!! Kita harus selamatkan mama sama
papa…” omelku pada paman sambil menarik tangan pamanku itu. “Siska ada apa kok
malam-malam begini kamu ke rumah paman” kata pamanku “gawaaaaat mama sama papa
di bunuh” jelasku “haaah!!! Di bunuh” teriak pamanku “makanya sekarang kita
harus selamatkan mereka”. Akhirnya aku dan paman memutuskan untuk melaporkan
kasus ini ke pak RT. Aku, Paman, Pak RT, dan Pak Satpam pergi ke rumahku untuk
melihat keadaan mama dan papaku. Ternyata saat kami datang, mama dan papaku
sudah tergeletak tak bernyawa. “kamu yang sabar ya, Sis” ujar Pak RT.
Keesokkan
harinya mama dan papaku di kuburkan di sebelah makam adikku. “mulai sekarang kamu
tinggal sama paman aja yah” tawar pamanku, aku hanya mengangguk dan sampai
sekarang aku tinggal di rumah pamanku. Semua orang penasaran dengan kejadian
ini tapi ketika aku menceritakannya tidak semua orang percaya, termasuk pamanku
sendiri. Padahal sudah jelas kalau yang membunuh keluargaku itu adalah boneka
misterius yang sampai sekarang masih ada di rumahku yang dulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar